Alur Pelayaran Barat Surabaya & Terminal Teluk Lamong, Segarkan Kebangkitan Maritim

Sabtu, 08 September 2018


Benang kusut di Pelabuhan Tanjung Perak kini telah terurai. Biaya distribusi barang sudah bisa di tekan signifikan. Barang dan komoditi bangsa siap bersaing di pasar global. Pelindo III bergerak lebih cepat dari waktu "kematiannya" yang di perkirakan pada 2018 Tanjung Perak akan mengalami kelebihan kapasitas. Terbukti pada 2015, tepatnya 22 Mei, Pelindo III telah meresmikan Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) dan Terminal Teluk Lamong. Peresmian kedua fasilitas kepelabuhan oleh Joko Widodo Presiden RI, ini sekaligus menandai kebangkitan Maritim yang diboyong sebaagai slogan.

Sementara ini Terminal Teluk Lamong memiliki daya tampung 1,6 juta TEUs, melengkapi Pelabuhan Tanjung Perak yang berkapasitas 2,1 juta TEUs. Kalau pada 2014 arus peti kemas mencapai 3,2 cukup aman karena total kapasitas 3,7 juta TEUs. Apalagi bila rencana pengembangan Terminal Teluk Lamong hingga 2020 nanti berhasil, mimpi kebangkitan Maritim yang dicanangkan akan benar-benar terwujud. Karena Terminal Teluk Lamong memiliki kapasitas 5 juta TEUs.

Edi Priyanto, Kepala Humas PT. Pelindo III, mengatakan Terminal yang dibangun pada 2010 dengan dana Rp 3,4 triliun itu telah beroperasi sejak November 2014 dengan 2 fungsi, yakni pelayanan peti kemas & curah kering. Pada tahap pertama, terminal ini dibangun diarea seluas 38,86 Hektar di lengkapi dengan 10 Gate In/Out. Disediakan lahan parkir seluas 5,3 hektar, 1,7 hektar gedung kantor dan 15,86 hektar area lapangan penumpukan.


Terminal dengan tehnologi canggih, modern dan ramah lingkungan pertama di Indonesia itu, terkoneksi dengan jalur distribusi logistik, seperti kawasan industri melalui akses jalan, baik tol maupun arteri, jalur kereta api dan jalur moneral petikemas untuk kegiatan haulage di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak.

Teknologi modern dan ramah lingkungan di Terminal Teluk Lamong antara lain menggunakan Ship to Shore Crane (STS), Automated Stacking Crane (ASC), Combined Terminal Tractor (CTT) dan Straddle Carries (SC). Alat itu dikendalikan secara electirk menggunakan tenaga listrik, kecuali CTT dan SC yang masih menggunakan mesin diesel namun dengan standard emisi EURO 4 yang ramah lingkungan.

Husein Latief, Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha PT. Pelindo III, mengatakan, terminal ini juga akan dilengkapi dengan monorel pengangkut peti kemas (Automated Container Transporter/ACT) dan kereta api, ACT akan dibangun oleh Pelindo III bekerjasama dengan PT. Adhi Karya (Persero). Sedangkan kereta api akan memanfaatkan rel ganda (double track) yang dikembangkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

Namun demikian, lanjut Husein, moda transportasi jenis truk tetap akan dipertahankan dengan ketentuan truk menggunkan bahan bakar gas (BBG) atau mesin diesel dengan standart emisi EURO 4 Hal itu dilakukan mengingat Terminal Teluk Lamong di desain sebagai Terminal yang ramah lingkungan.

"Yang jelas proyek Terminal Teluk Lamong tidak hanya memiliki nilai ekonomis tinggi, tetapi energi bersih yang ramah lingkungan dalam pengoperasiannya juga perlu mendapat nilai plus. Bahwa sebuah Perusahaan tidak berpikir keuntungan semata, tetapi kepedulian perusahaan terhadap lingkungan agar terhindar dari pencemaran energi juga harus diperhatikan," tegasnya.

Revitalisasi Alur

Pelinda III benar-benar ingin menjadikan Tanjing Perak sebagai poros Maritim Indonesia Kawasan Timur. Setelah menjadikan Terminal Teluk Lamong dengan konsep Eco Green Port, Pelindo III juga telah menyelesaikan revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya.

Djarwo Surjanto, Direktur Utama PT. Pelindo III, menegaskan dengan selesainya revitalisasi APBS dan pembangunan Terminal Teluk Lamong, daya saing Indonesia sebagai negara Maritim akan semakin meningkat. Rampungnya kedua proyek itu diharapkan dapat memicu bangkitnya sektor maritim di Indonesia, khususnya dibidang logistik dan kepelabuhan.

"Kami bermaksud mengawali kebangkitan maritim Indonesia dari Jawa Timur, dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Bukankah Jawa Timur itu bumi Majapahit, sehingga tepat bila kebangkitan itu dimulai dari Jawa Timur?" ungkapnya.

APBS merupakan akses masuk ke kawasan Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya. Revitalisasi yang dilakukan dengan cara diperdalam dan diperlebar. "Dengan alur yang diperdalam, kini kapal-kapal yang berukuran besar dengan muatan yang lebih banyak bisa dengan mudah masuk ke Tanjung Perak," jelasnya.

Sebelumnya APBS hanya berkedalaman minus 9,5 meter Low Watter Sping (LWS) dan lebar 100 meter. Namun setelah revitalisasi, APBS kini memiliki kedalaman hingga minus 13 meter LWS dan lebar 150 meter, katanya." Dulu APBS hanya bisa dilalui kapal berukuran 15 ribu DWT (deadweight tonnage), namun Pelabuhan Tanjung Perak kini sudah bisa dilalui kapal hingga 80ribu DWT.


Kondisi tidak hanya menguntungkan Pelindo III, tapi sekaligus pelabuhan-pelabuhan dan industri yang ada di sekitarnya. Pabrik pupuk Petrokimia Gresik, misalnya yang semula hanya mampu membawa fosfat 15 ribu ton, kini mereka sudah bisa mendatangkan kapal-kapal bermuatan fosfat 60 hingga 80 ribu ton pasca perdalaman alur.

Pengerukan dan pelebaran APBS dilakukan Van Oord Dredging and Marine Contractors BV (Van Oord), kontraktor asal Belanda yang ditunjuk pleh Pelindo III. Pengerukan dengan biaya yang mencapai US 76 juta Dollar ini merupakan yahap pertama dan akan dilanjutkan lagi sehingga APBS ini bisa memiliki lebar hingga 200 meter dengan kedalaman hingga minus 16 mLWS.


Dengan kondisi APBS saat ini , tambahnya, tentunya akan berdampak pada daya saing logistik nasional yang berpengaruh kepada harga jual barang ke konsumen. "Bahkan APBS kini memungkinkan Pelabuhan Tanjung Perak membuka jalur pelayaran langsung menuju Tiongkok maupun negara-negara di kawasan Eropa.

Djarwo mengaku, revitalisasi APBS dan Terminal Teluk Lamong merupakan salah satu proyek saja. Masih banyak proyek pengembangan pelabuhan yang akan dilakukan di seluruh wilayah kerja Pelindo III. Salah satu proyek besar yang kini dalam proses pengerjaan yakni pembangunan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE). Proyek ini akan menggabungkan kawasan pelabuhan dan kawasan industri dalam satu area dengan luas 2.500 hektar. Rencananya proyek ini akan kelar dan beroperasi pada 2017.

Sebelumnya pada Oktober tahun lalu, Pelindo III telah meresmikan terminal penumpang Gapura Surya Nusantara, sebuah terminal penumpang modern pertama di Indonesia. Semua proyek Pelindo III itu, tegasnya, untuk mewujudkan konsep Greater Surabaya Metropolitan Part (GSMP) yang akan menjadikan pelabuhan Tanjung Perak sebagai pusat dari seluruh fasilitas pelabuhan yang ada disepanjang Selat Madura.